Analisis Sulfat
LABORATORIUM
LINGKUNGAN
ANALISIS SULFAT
Kelompok
2 :
Nila
Astuti (2015330009)
Putri
Imas Agista (2015330010)
Febry
Ramadhana Yuda (2015330011)
Diki Ali Nurdin (2015330012)
Ester Ulyanna (2015330013)
Danang Prabowo (2015330014)
Aprillianne Yashinta
Domenie (2015330016)
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ANALISI
SULFAT di AIR”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran Laboratorium Lingkungan.
Ion sulfat adalah anion
utama yang terdapat di dalam air. Jumlah ion sulfat yang berlebih dalam air
minum menyebabkan terjadinya efek cuci perut pada manusia. Sulfat memunyai
peranan penting dalam penyaluran air maupun penggunaan oleh umum.Sulfat digunakan
secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Sulfat dapat juga digunakan untuk
menyebut garam dari asam sulfat dan beberapa senyawa lain yang terbuat asam
tersebut. Dengan makalah ini kami akan memaparkan apa itu pengaruh dan dampak sulfat
terhadap lingkungan sekitar?
Kami menyadari bahwa selama
penulisan makalah ini kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini.
Akhir
kata kami menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan karena kami sadar bahwa
makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. Semoga karya yang kami buat
dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan. Semoga Allah SWT selalu
memberikan pancaran kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi kita semua.
Bogor,
Juli 2016 Penulis,
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3
Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 6
3.1
Pengertian Sulfat .............................................................................. 6
3.2
Pengaruh Sulfat di Lingkungan ...................................................... 6
3.3
Dampak Kandungan Sulfat ............................................................ 8
3.4
Pengujian Sulfat Dalam Air ............................................................ 9
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 16
4.1
Kesimpulan ..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakansumberdayaalam yang diperlukanuntukkehidupan orang banyak,
bahkanolehsemuamakhlukhidup.Olehkarenaitu, sumberdaya air harusdilindungi agar
tetapdapatdimanfaatkandenganbaikolehmanusiasertamakhlukhidup yang lain. Air
merupakansuatusaranautamauntukmeningkatkanderajatkesehatanmasyarakat, karena
air merupakansalahsatu media dariberbagaimacampenularan,
terutamapenyakitperut.Seperti yang telahkitaketahuibahwapenyakitperutadalahpenyakit
yang paling banyakterjadi di Indonesia.
Dewasa ini, masalah
pencemaran lingkungan menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan. Salah
satunya adalah pencemaran air. Hal ini disebabkan karena air merupakan salah
satu kebutuhan esensial bagi makhluk hidup. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dunia, maka kebutuhan akan air pun ikut meningkat. Oleh karena itu,
masih banyak penduduk yang menggunakan sumber air alam untuk memenuhi kebutuhan
airnya. Namun, telah banyak sumber air yang mengalami pencemaran. Akibatnya,
sumber air tersebut menjadi berbahaya untuk digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu bahan pencemar dalam pencemaran air adalah ion sulfat.
Ion sulfat berasal dari air limbah cucian, seperti cucian laundry dan
mobil. Kandungan sulfat dalam air limbah ini diperoleh dari penggunaan
detergen.
Salah satu bahan
tambahan pada detergen adalah filler (bahan pengisi). Bahan
pengisi merupakan bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan
daya cuci, tetapi hanya menambah kuantitas. Salah satu contohnya adalah sodium
sulfat (Na2SO4). Oleh karena
itu, air limbah cucian yang menggunakan detergen memiliki kandungan sulfat.
Jika air limbah cucian ini dibuang ke lingkungan maka akan memberikan dampak
negatif yang tergantung dari konsentrasi sulfat dalam air limbah tersebut. Oleh
karena itu, perlu diketahui kandungan ion sulfat di dalam air limbah cucian
sehingga dapat memperkirakan apakah kandungan sulfatnya masih berada di bawah
ambang batas dan lingkungan masih sanggup untuk menetralisis ion sulfat
tersebut atau tidak.
1.2. Rumusan Masalah
1)
Apa pengertian sulfat?
2)
Pengaruh sulfat terhadap lingkungan?
3)
Dampak sulfat di lingkungan?
4)
Pengujian sulfat dalam air ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Mempelajari metode analisis kandungan sulfat dalam sampel cair.
b.
Mengetahui kandungan sulfat dalam air sehingga dapat
menyimpulkan apakah masih berada dalam ambang batas
lingkungan atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Detergen
Detergen merupakan salah satu produk industri yang
banyak digunakan di dalam kehidupan manusia. Detergen biasanya digunakan
sebagai bahan pencuci atau pembersih, seperti untuk mencuci pakaian. Detergen
umumnya mengandung surfaktan, yang berfungsi sebagai bahan pembasah (wetting agents) yang menyebabkan
turunnya tegangan permukaan air. Penurunan tegangan permukaan air mengakibatkan
air lebih mudah meresap ke dalam pakaian yang dicuci. Selain itu,
molekul-molekul surfaktan membentuk ikatan di antara partikel kotoran dan air
karena sifatnya yang bipolar. Oleh karena itu, partikel kotoran yang menempel
pada pakaian terlepas dan terlarut dalam air (Adinata, 2012).
Jenis surfaktan yang biasa digunakan dalam detergen
adalah alkylbenzene sulphonate (ABS)
yang bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis. Namun, surfaktan jenis
ABS telah digantikan oleh linear alkyl
sulphonate (LAS) yang dapat diuraikan oleh bakteri, contohnya
dodesilbenzensulfonat. LAS memiliki tingkat biodegradasi sebesar 90%, sedangkan
ABS hanya sebesar 50-60%. Surfaktan memberikan beberapa dampak negatif, seperti
dapat menyebabkan permukaan kulit menjadi kasar, menghilangkan kelembaban alami
kulit, serta menyebabkan iritasi pada tangan (panas, gatal, dan mengelupas)
jika pH-nya tinggi (Adinata, 2012).
Air sungai yang tercemar limbah detergen dapat menyebabkan
kematian bagi flora dan fauna yang hidup di sungai. Selain itu, zat yang
terdapat dalam limbah detergen dapat memacu pertumbuhan eceng gondok dan gulma
air sehingga dapat mengakibatkan ledakan jumlah tanaman tersebut. Ledakan
jumlah tanaman tersebut akan mengakibatkan pendangkalan dan menyumbat aliran
air sungai. Di sisi lain, tanaman yang menutupi permukaan air akan menghambat
masuknya sinar matahari dan oksigen ke air. Hal ini akan berdampak pada
kualitas air dan ikan-ikan menjadi sulit untuk bertahan hidup (Adinata, 2012).
Detergen terurai dalam hitungan minggu hingga bulan.
Padahal, persyaratan ekolabel memberikan jangka waktu penguraian limbah
detergen di lingkungan alam hanya dua hari. Selain itu, detergen dalam air
buangan dapat meresap ke air tanah atau sumur-sumur masyarakat. Air yang
tercemar limbah detergen ini tidak baik bagi kesehatan karena dapat menyebabkan
kanker akibat menumpuknya surfaktan di dalam tubuh (Adinata, 2012).
Bahan lain yang terkandung dalam detergen adalah filler (pengisi). Filler adalah bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi hanya menambah kuantitas. Salah satu
contohnya adalah sodium sulfat (Na2SO4). Zat tersebut
terkadang tidak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan, seperti menurunnya kualitas kesuburan tanah (Adinata,
2012).
Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus SO42-
yang memiliki massa molekul 96,06 satuan massa atom. Ion sulfat terdiri dari
atom pusat sulfur yang dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan
tetrahedral. Ion sulfat bermuatan negatif dua dan merupakan basa konjugat dari
ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4-, yang merupakan
basa konjugat dari asam sulfat, H2SO4 (Aprianti, 2008).
Sulfat secara luas terdistribusi di alam dan dalam air alam, terutama
dalam air limbah industri. Salah satunya adalah air buangan limbah industri
kertas dan pertambangan yang memiliki kadar sulfat yang tinggi karena oksidasi
dari pirit. Konsentrasi sulfat di dalam air alam umumnya terdapat dalam jumlah
yang sangat besar (Aprianti, 2008).
Peningkatan kadar sulfat dapat ditentukan dengan timbulnya bau, rasa
tidak enak dari air serta masalah korosi pada perpipaan. Hal ini diakibatkan
oleh reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik sesuai
dengan persamaan berikut.



H2SO4
merupakan asam kuat yang selanjutnya akan bereaksi dengan logam-logam yang
merupakan bahan dari pipa yang digunakan sehingga terjadi korosi. Sementara
itu, masalah bau disebabkan karena terbentuknya H2S yang merupakan
suatu gas yang berbau (Aprianti, 2008).
2.3. Penentuan
Sulfat (SNI 06-6989.20-2004)
Penentuan sulfat dilakukan dengan metode turbidimetri. Pada metode ini
digunakan reagen kondisi dan kristal barium klorida. Prinsipnya yaitu
terbentuknya koloid BaSO4 berupa larutan keruh karena anion sulfat
akan bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam. Larutan ini kemudian
diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm
(Aprianti, 2008).
Batas kadar sulfat terlarut yang terdapat dalam air yang dapat diukur
adalah 1-40 mg/L pada panjang gelombang 420 nm (SNI 06-2426-1991). Ion sulfat
diendapkan dalam suatu medium HCl dengan BaCl2 sehingga terbentuk
koloid barium sulfat.
SO42-
+ BaCl2 → ↓ putih BaSO4 + 2Cl-
Metode ini dapat
dilakukan dengan cepat dan lebih sering digunakan daripada metode lainnya.
Konsentrasi sulfat > 10mg/L dapat dianalisa dengan mengambil sulfat dalam
jumlah kecil dan melarutkannya dalam 50 ml contoh air.
Sulfat dikenal sangat larut dalam air kecuali di dalam
Kalsium Sulfat, Stronsium Sulfat. Barium Sulfat sangat berguna dalam proses
gravimetri sulfat. Penambahan Barium Klorida pada suatu larutan yang
mengandung ion sulfat. Kelihatan endapan putih, yaitu barium sulfat yang
menunjukkan adanya anion sulfat. Ion sulfat bisa menjadi ligan yang
menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen (monodentant) dan dua
oksigen sebagai kelat atau jembatan (Anonymous A, 2010).
Contoh dari Sulfat antara lain: senyawanya H2SO4
(asam sulfat). Senyawa sulfat mudah dijumpai di alam, seperti dalam air hujan.
Senyawa sulfat juga berasal dari hasil buangan pabrik (limbah) kertas, tekstil
(karena proses pembuatannya atau pewarnaan memakai asam sulfat) dan industri
lainnya (Anonymous B,2011).
Sulfat cukup
sulit dihilangkan dari air, karena sifat sulfat yang sempurna larut dalam air,
sehingga untuk memisahkannya harus memakai membran elektrodialisis. Cara untuk
mendeteksi kandungan sulfat dalam air dapat dilakukan dengan mempergunakan alat
spektrofotometer (uji kuantitatif). Pengujian dengan spektrofotometer akan
mengukur absorban larutan melalui instensitas warna larutan. Oleh karena itu,
sampel yang akan digunakan harus jernih agar tidak mengganggu proses pembacaan
absorban pada spektrofotometer (Anonymous C, 2011)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Sulfat
Ion sulfat adalah anion
poliatomik dengan rumus empiris SO42-. Garam,
turunan asam, sulfat peroksida banyak digunakan dalam
industri. Sulfat digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Sulfat dapat
juga digunakan untuk menyebut garam dari asam sulfat dan beberapa senyawa lain
yang terbuat asam tersebut.
Ion sulfat merupakan
sejenis anion poliatom dengan rumus
empiris SO42- dengan massa molekul
96.06 satuan
massa atom; ia terdiri dari atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat
atom oksigen dalam susunan tetrahidron. Ion
sulfat bermuatan cas dua negatif dan
merupakan basa konjugat ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4-, yaitu bes konjugatasam
sulfat, H2SO4. Terdapat sulfat organik
seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa
kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2, dan merupakan ester asam sulfat.
3.2. Sulfat
Di Lingkungan
Sulfat didalam lingkungan (air)
dapat berada secara ilmiah dan atau dari aktivitas
manusia, misalnya dari limbah industry dan limbah
laboratorium. Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari pelarutan mineral yang
mengandung S, misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan kalsium
sufat anhidrat ( CaSO4). Selain itu dapat juga berasal dari oksidasi
senyawa organik yang mengandung sulfat adalah antara lain industri
kertas,tekstil dan industri logam . Ion
sulfat merupakan sejenis ion padatan dengan rumus empiris SO4 dengan massa molekul 96.06 satuan massa atom. Sulfat
terdiri atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan
tetrahidron ion sulfat bermuatan dua negatif dan merupakan basa konjugat ion
hidrogen sulfat (bisulfit) H2SO4- yaitu bes konjugat asam sulfat H2SO4 terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang
merupakan senyawa kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2 dan merupakan ester asam sulfat.(Anonim,2011)
Ion sulfat adalah salah satu anion utama yang muncul di air alami atau
alam. Sulfat adalah salah satu ion penting dalam ketersediaan air karena efek
pentingnya bagi manusia saat ketersediaannya dalam jumlah besar. Untuk hal
sulfat direkomendasikan batas maksimal sulfat dalam air sekitar 250 mg/l untuk
air yang dikonsumsi manusia Sulfat dikenal
sangat larut dalam air kecuali di dalam Kalsium Sulfat, Stronsium Sulfat. BariumSulfat sangat berguna dalam proses
gravimetri sulfat. Penambahan Barium Klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Kelihatan endapan putih,
yaitu barium sulfat yang menunjukkan adanya anion sulfat. Ion sulfat bisa
menjadi ligan yang menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen (monodentant)
dan dua oksigen sebagai kelat atau jembatan.
Contoh dari
Sulfat antara lain: senyawanya H2SO4 (asam sulfat). Senyawa sulfat mudah dijumpai di alam, seperti dalam air hujan. Senyawa sulfat juga berasal dari hasil buangan pabrik (limbah)
kertas, tekstil (karena proses pembuatannya atau pewarnaan memakai asam sulfat)
dan industri lainnya Sulfat cukup sulit dihilangkan dari air, karena sifat sulfat yang sempurna
larut dalam air, sehingga untuk memisahkannya harus memakai membran
elektrodialisis. Cara untuk mendeteksi kandungan sulfat dalam air dapat
dilakukan dengan mempergunakan alat spektrofotometer (uji kuantitatif).
Pengujian dengan spektrofotometer akan mengukur absorban larutan melalui
instensitas warna larutan. Oleh karena itu, sampel yang akan digunakan harus
jernih agar tidak mengganggu proses pembacaan absorban pada spektrofotometer.
Ciri dari sulfat,
yaitu
1. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air, kecuali
Kalsium Sulfat, Stronsium Sulfat, danBarium Sulfat. Barium Sulfat yang sangat
berguna dalam analisis gravimetri sulfat dengan panambahan Barium Klorida pada
suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Kelihatan endapan putih, yaitu Barium
Sulfat menunjukkan adanya anion sulfat;
2. Ion sulfat bias menjadi satu ligan, menghubungkan satu
dengan oksigen (mono dentat) atau dua oksigen sebagai kelas atau jembatan;
3. Sulfat
berwujud sebagai zat mikroskopik (aerosol) yang merupakan dari hasil pembakaran
bahan bakar fosil dan biomassa. Zat yang dihasilkan menambahkan keasaman
atmosfer dan mengakibatkan hujan asam.
3.3. Dampak
Kandungan Sulfat
Konsentrasi maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 250 mg/l.
Menyebabkan Laxative apabila kadarnya berupa magnesium dan Sodiums. Senyawa
sulfat bersifat iritasi pada saluran pencernaan (saluran gastro intestinal),
apabila dalam bentuk campuran magnesium atau natrium pada dosis yang tidak
sesuai aturan, Sebagai contoh bentuk magnesium sulfat yang biasa ditambahkan ke
dalam air minurn untuk membantu pengendapan (penjernihan air) setelah
penambahan klorin. Bentuk natriurn sulfat biasa digunakan untuk pengobatan
diuretik atau satincathartic. Bila kurang mengkonsumsi air, kedua senyawa
tersebut akan membentuk kristal yang dapat merusak saluran pencernaan.
Dalam pipa, proses
perubahan secara biologis terjadi selama transportasi air buangan. Perubahan
ini memerlukan O2, apabila kandungan O2 tidak cukup dari aerasi
natural udara dalam pipa, terjadi reduksi sulfat dan terbentuk ion sulfida (S-).
Sulfida akan berubah menjadi H2S pada pH tertentu dan sebagian lepas ke udara
di atas air buangan. Bila pipa berventilasi baik dan dindingnya kering, hal ini
tidak akan menimbulkan masalah. Namun, apabila kondisi pipa sebaliknya, keseimbangan
berkumpul pada dinding bagian atas pipa dan bakteri akan mengoksidasi H2S
menjadi H2SO4 yang dapat mengikis/ merusak beton atau dinding pipa (korosi)
Air yang mengandung konsentrasi tinggi dari sulfat disebabkan oleh leaching
alam dari deposito magnesium sulfat (garam Epsum) atau sodium sulfat.
Efek sulfat: konsentrasi tinggi dari sulfat
dalam air minum yang memiliki tiga efek:
- Berisi air appreciable jumlah sulfat (S04)
cenderung untuk membentuk keras dalam skala boiler dan panas exchangers.
- Sufat menimbulkan efek rasa dan
- Sulfat dapat menimbulkan efek pencahar dengan
asupan yang berlebihan.
Peluntur efek yang biasanya sulfat tercantum dalam sementara pengguna dari
air karena orang-orang yang biasa sulfate tingkat tinggi ke dalam air minum tidak
memiliki Adverse respon. Diare dapat dipaksa sulfate di tingkat lebih besar
dari 500 mg / L dari sulfat. Sementara imparts sulfat yang sedikit milder rasa
ke air minum dari khlorida, tidak merasakan efek yang terdeteksi di bawah 300
mg / L. Tingkat yang dapat diterima sulfat konten dalam air minum adalah 200 mg
/ L dan rul adalah 400 mg / L.
3.4. Pengujian
Sulfat Dalam Air
Sulfat merupakan
senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan bentuk oksida paling tinggi
dari unsur belerang. Sulfat dapat dihasilkan dari oksida senyawa sulfida oleh
bakteri. Sulfida tersebut adalah antara lain sulfida metalik dan senyawa
organosulfur. Sebalikya oleh bakteri golongan heterotrofik anaerob, sulfat
dapat direduksi menjadi asam sulfida.Secara kimia sulfat merupakan bentuk
anorganik daripada sulfida didalam lingkungan aerob.
Metode yang digunakan untuk
menentukan kadar sulfat adalah metode turbidimetri dengan alat
spektrofotometri. Metode tersebut berdasarkan kenyataan bahwa BaSO4 cenderung
membentuk endapan koloid yang dibentuk dengan penambahan BaCl2,bentuk koloid
ini distabilkan oleh lar. NaCl dan HCl yang mengandung gliserol dan senyawa organik.
BaSO4 mempunyai kelarutan 3ppm pada temperatur biasa. Kelarutan ini bertambah
dengan adanya asam-asam mineral karena terbentuk ion hidrogen sulfat. Pada pH
>8 sulfida membentuk ion sulfida namun pada pH <8 sulfida cenderung dalam
bentuk H2S yang akan melpas gas yang berbau busuk.
Ruang lingkup pengujian meliputi
cara pengujian kadar sulfat yang terdapat dalam air antara 1-40 mg/l SO4
dan penggunaan metode kekeruhan dengan alat spektrofotometer pada panjang
gelombang 420 nm. Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam
pelaksanaan pengujian kadar sulfat dalam air. Tujuan metode pengujian ini untuk
memperoleh kadar sulfat dalam air.
Peralatan antara lain :
a)
Spektrofotometer sinar tunggal atau sinar ganda yang
mempunyai kisaran panjang gelombang 190-900 nm dan lebar celah 0,2-2 nm serta
telah dikalibrasi pada saat digunakan.
b)
Pengaduk magnet yang dilengkapi pengatur kecepatan
putar tetap dan waktu.
c)
Sendok 2-3 ml.
d)
Pipet ukuran 5, 10, 20, 25 dan 50 ml.
e)
Labu ukur 200 dan 1000 ml.
Persiapan
benda uji:
a)
Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan
metode pengambilan contoh uji kualitas air.
b)
Ukur 150 ml contoh uji secara duplo dan masukkan
kedalam gelas piala 250 ml.
c)
Apabila contoh uji keruh, saring dengan saringan
membran.
d)
Lalu benda siap diuji.
Cara uji kadar sulfat, antara lain:
1. Ukur 100 ml
benda uji dan masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml.
2. Tambahkan
5,0 ml larutan kondisi kedalam benda uji, aduk dengan pengaduk magnet dan
tambahkn 1 sendok Kristal BaCL2.2H2O.
Selain metode turbidimetri dalam
menentukan kadar sulfat, metode yang ke dua yaitu dengan metode gravimetri.
Metode ini digunaka untuk sampel air laut. Prinsipnya metode ini adalah senyawa
sulfat dalam sampel diendapkan dengan BaCl2 dalam suasana asam
menghasilkan endapan BaSO4 yang berwarna putih. Endapan dipanaskan
dalam tanur pada temperatur 800°C, kemudian
didinginkan dan ditimbang. Berat BaSO4 yang diperoleh ekivalen
dengan kadar SO4= dalam contoh uji.

|
Ruang lingkup aplikasi
dari analisis gravimetri adalah penentuan kadar sulfat. Sampel diduga
mengandung sulfat direaksikan dengan larutan barium klorida sehingga terbentuk
endapan barium sulfat (BaSO4). Untuk memperoleh kadar BaSO4 murni maka pengotor
yang ada pada endapan harus dihilangkan dengan pencucian menggunakan air yang
telah dipanaskan terlebih dahulu. Analisa dari berat suatu unsur yang terdapat
dalam persenyawaan dengan cara memisahkan unsur tersebut dari persenyawaannya
kemudian ditimbang. Dalam percobaan ini ditentukan kadar dari SO42- yang
terdapat dalam persenyawaan BaSO4.
Alat : Bahan
:
1. Gelas beker 1. Asam Klorida
2. Buret 2. Barium Klorida 10%
3. Pipet 3. Kertas Whatman
4. Gelas arloji 4. KHSO4
5. Pengaduk
gelas
6. Corong
7. Gelas ukur
8. Kurs
porselin
Cara Kerja :
- Timbang 0,3 g KHSO4 masukkan ke dalam gelas piala
400 mL yang dilengkapi dengan pengaduk gelas dan gelas arloji sebagai
penutup.
- Larutkan dalam 25 mL air tambahan 1 mL asam
klorida pekat, encerkan dengan air sampai 200 mL.
- Tambahkan dari buret tetes demi tetes 10 sampai
12 mL barium klorida 5% sambil diaduk.
- Diamkan mengendap selama 5 menit, uji larutan
yang bening dengan satu tetes barium klorida 10%. Uji dengan satu tetes
barium klorida 10% dan harus tidak timbul endapan lagi. Tutup gelas piala
dengan gelas arloji, tempatkan di atas penangas air mendidih selama 1 jam.
Jaga volume cairan tidak kurang 150 mL.
- Biarkan agak dingi selama 10 menit, saring
endapan dengan kertas whatman 42. Kumpulkan filtrat dalam gelas piala
dengan 1 (satu) tetes barium klorida 10% harus timbul kekeruhan.
- Cuci endapan dengan air panas sampai bebas
klorida. Pengujian bebas klorida menggunakan 2 tetes perak nitrat.
- Keringkan dan pijarkan endapan pada kurs porselin
yang bobot tetapnya telah diktahui sampai bebas karbon dan bobot tetap.
Endapan barium sulfat berwarna putih.
- Tentukan kadar sulfatnya.
Pengujian sulfat yang selanjutnya
adalah dengan metoda titrimetri dan metoda potensiometri. Pada metoda
titrimetri perlakuannya (preparasi dan analisisnya dilakukan secara
konvensional butuh waktu yang lama dan dibutuhkan indikator untuk penentuan end point nya.
Sedangkan untuk metoda potensiometri
waktu lebih cepat dibndingka dengan metoda titrimetri dan tanpa indikator,
caranya sama dengan titrimetri namun yang membedakan penentuan titik akhirnya
menggunakan elektroda ion selektif kalsium.
Penentuan sulfat secara
potensiometrik dengan metoda back titration, contoh larutan diendapkan
sebagai barium sulfat dengan cara menambahkan barium klorida berlebihan,
kelebihan Barium dititrasi dengan larutan NaEDTA menggunakan elektroda ion
selektif kalsium. Perbedaan antara barium klorida yang ditambahkan dengan
kelebihan barium yang dititrasi merupakan barium sulfat yang diendapkan. Tujuan
dari percobaan ini adalah melakukan analisis penentuan sulfat di dalam larutan
standar Na2SO4. (Anonimous
D, 2011)
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sulfat adalah suatu ion dari sulfur yang telah berikatan dengan oksigen.
Satu atom S berikatan dengan 2 atom O, dalam ikatan tersebut masih kekurangan 2
elektron lagi sehingga dilambangkan SO4-2. Contoh senyawanya
H2SO4.
Sulfat terdapat di dalam perairan alam. Hal ini menjadi sangat penting
dalam persediaan air publik, karena jika
kandungan sulfat dalam perairan dalam konsentrasi yang tinggi maka akan menyebabkan gangguan pada
manusia yang mengkonsumsinya. Untuk itu batas kandungan sulfat yang diizinkan adalah
250 mg/l dalamperairan.
4.2. Saran
1.
Diperlukan analisa
lebih lanjut mengenai kandungan ion sulfat dalam air sebelum dipergunakan untuk
public maupun industry.
2.
Pemerintah perlu
memberikan sanksi – sanksi yang tegas terkait dengan limbah pabrik yang
mengandung sulfat dalam konsentrasi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
i.
http://tsani-oke.blogspot.co.id/2011/04/sulfat.html
a.
Diakses pada tanggal 24 Juli 2016 pukul
13.00 WIB
ii.
http://chemsanboice-kimiaituasyk.blogspot.co.id/2013/01/penetapan-kadar-sulfat.html
a.
Diakses pada tanggal 24 Juli 2016 pukul
13.30 WIB
iii.
Adinata, H. 2012. Penentuan Kandungan Fosfat, Sulfat dan Sulfida Air Sungai Siak dan
Sungai Kampar dari Hasil Penyaringan Konvensional yang Dimodifikasi untuk
Mendapatkan Air Baku Air Minum. FMIPA-UR, Pekanbaru.
iv.
Aprianti, M. 2008. Analisis Kandungan Boron, Seng, Mangan dan Sulfat dalam Air Sungai
Mesjid sebagai Air Baku PDAM Dumai. FMIPA-UR, Pekanbaru.
v.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar
Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
vi.
Riskanita, S. 2012. Analisis Kandungan Seng, Sulfat dan Sulfida dalam Air Lindi TPA Muara
Fajar Pekanbaru. FMIPA-UR, Pekanbaru.
vii.
Anonymous. 2013. Sulfat.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Sulfat)
viii.
Anonymous. 2011. Sulfat.
(http://education.poztmo.com/2011/04/sulfat.html).
ix.
Soemirat,Juli.1994.KesehatanLingkungan.Yogyakarta.UniversitasGajahMada
Press.
Komentar
Posting Komentar